Islam dan Politik


OTORITAS ULAMA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Dr.Ahmad Zain An Najah, MA

Majalah Hidayatullah, Desember 2007. Akhir-akhir ini banyak umat Islam yang sudah berani melecehkan para ulama dan tidak menghormati mereka lagi, ini adalah salah satu tanda akhir zaman…padahal dalam Islam, para ulama mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat sekali. Diantaranya adalah apa yang disebutkan Allah swt dalam salah satu firman-Nya :

” Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 )

Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah , Rosul-Nya dan ulil amri. Hanya saja ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya adalah ketaatan mutlak, sedangkan ketaaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya. Adapun maksud dari ulil amri dalam ayat tersebut menurut Ibnu Abbas ra, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Thobari dalam tafsirnya adalah para pakar fiqh dan para ulama yang komitmen dengan ajaran Islam. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa ulil amri di atas mencakup para ulama dan umara ( pemimpin ). Ini sesuai dengan apa yang kita dapati dalam perjalanan sejarah Islam pertama, bahwa Rosulullah saw adalah sosok ulama dan umara sekaligus. Begitu juga para khulafa’ rasyidin sesudahnya : Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, begitu juga beberapa khalifah dari bani Umayah dan bani Abbas. Namun dalam perkembangan sejarah Islam selanjutnya, sangat jarang kita dapatkan seorang pemimpin negara yang benar-benar paham terhadap Islam. Dari sini, mulailah terpisah antara ulama dan umara. Dalam posisi seperti ini, manakah yang harus kita taati terlebih dahulu, ulama atau umara ? (lebih…)


AHLUL HALLY WAL AQDY, DPR/MPR, MUI

(Sebuah  Study Perbandingan)

Ahmad Zain An Najah  *

Pada edisi lalu telah diterangkan arti “Rasul” dan “Ulil Amri” secara panjang lebar. Saat ini penulis ingin memfokuskan pembahasan kali ini  pada seputar  ‘teknis mengembalikan urusan urusan politik kepada ulil umri’, yang dalam hal ini adalah para pemimpin yang terpercaya dan ulama yang memadai. Itu semua masih dalam rangka menerangkan kalimat   

walau rudduhu ila rosul ila ulil amri minhum ‘

Tulisan berikut ini adalah rangkuman dari tulisan-tulisan para ulama dalam bidang Siyasah Syar’iyah (dalam perpolitikan Islam), juga merupakan inti sari yang sempat penulis ambil dari perjalanan sejarah perpolitikan Islam. Khususnya pada zaman keemasannya yang pernah dicapai oleh tiga generasi Islam pertama (sahabat, tabi’in dan tabiit tabi’in), sebagaimana pernah disinyalir oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya

Artinya : “Sebaik baik generasi adalah generasiku kemudian yang berikutnya (tabi’in) kemudian berikutnya (tabi’it tabi’in)” (lebih…)

WANITA, POLITIK DAN KEKUASAAN *

Ahmad Zain An Najah, MA

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمْ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

 “ Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka langsung menyebarkannya. Kalau seandainya mereka mengembalikannya kepada Rosul atau Ulil Amri diantara mereka, tentunya orang – orang yang ingin mencari kebenaran akan bisa mengetahuinya dari mereka ( Rosul dan Ulil Amri ) . Kalaulah bukan karena karunia Allah dan rohmat-Nya tentunlah kamu akan mengikuti syaitan, kecuali sebagian kecil diantara kamu. “ ( Q.s. An- Nisa’ : 83 )

Ulil Amri dalam ayat tersebut mempunyai dua makna : Ulama dan pemimpin Islam (kholifah atau presiden) –sebagaimana yang telah dijelaskan pada edisi yang sebelumnya–. Juga telah disinggung perbedaan antara Ahlu al- Halli wa al-‘Aqdi dengan DPR/MPR serta MUI.

Untuk lebih melengkapi pembahasan tersebut, penulis ingin mendiskusikan kembali keterlibatan wanita dalam dunia perpolitikan kontemporer.

Munculnya politik dan kekuasaan ditengah-tengah kehidupan manusia, beriringan dengan keberadaan manusia sendiri sebagai kholifah dimuka bumi ini. Manusia, bagaimanapun typenya, tidak bisa lepas dari dua unsur diatas. Karena, benturan antara al-Haq dan al-Bathil –yang merupakan sunnatullah di muka bumi untuk menjaga keseimbangan kehidupan manusia ini ( sunnatu al tadafu’ ) — akan terus terjadi., sampai hari kiamat. . Masing-masing al-Haq dan al-Bathil tersebut, akan berusaha mengungguli dan menguasai lawannya. Oleh karenanya, politik dan kekuasaan merupakan unsur penting dalam perseteruan tersebut. (lebih…)

PERAN ETIKA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

Ahmad Zain An Najah, MA •

” Tegak rumah karena sendi, Runtuh sendi rumah binasa, Sendi bangsa ialah budi, Runtuh budi runtuhlah bangsa “

Etika ( atau ‘ethos’ dalam bahasa Greek ) adalah salah satu unsur penting dalam proses pembangunan dan reformasi sebuah bangsa. Tanpa etika, sebuah bangsa yang besar akan tumbang. Sejarah telah mencatat bangsa- bangsa besar yang telah mampu membangun peradaban yang tinggi, tiba- tiba hancur berkeping-keping ketika sebuah etika sudah tidak diperhatikan di dalamnya. (lebih…)

PERPOLITIKAN ISLAM INDONESIA

( Sebuah Tinjauan Syare’at )

Ahmad Zain An Najah , MA*

MUQADDIMAH

Pertarungan antara kebenaran dan kebatilan , adalah sunatullah dan keniscayaan yang tidak bisa di hindari lagi. Agama Islam bagi kaum muslimin adalah kebenaran yang harus diperjuangkan dan harus ditegakkan , baik pada tataran individu, masyarakat , maupun negara. H. Omar S.Cokroaminoto pernah menulis : “ ..Tak boleh tidak , kaum muslimin mesti mempunyai kemerdekaan umat atau kemerdekaan kebangsaan ( nationalle vrijheid ) dan mesti berkuasa atas negri tumpah darah sendiri “. (lebih…)