MANAGEMENT WAKTU

( Volume : 1 )

Ahmad Zain An Najah, MA*

I . Waktu Dalam Al Qur’an dan Sunnah

Dalam banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam firman-Nya :

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian ( Qs Al Ashr : 12 )

وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, ( Qs Al Lail : 1-2 )

وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى

Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap ( Qs Ad Duha : 1-2 )

Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia ini, karena Allah tidak bersumpah terhadap sesuatu di dalam Al Qur’an kecuali untuk menunjukkan kelebihan yang dimilikinya.

Bahkan dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa dengan menggunakan waktu tersebut seorang hamba bisa mengambil pelajaran dan bersyukur, sebagaiman yang tersebut dalam firman Allah swt :

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. ( Al Furqan : 62 )

Tadzakkur berarti mengingat Allah, mengingat nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, mengingat bahwa seorang muslim dalam hidupnya ini mempunyai tujuan yaitu beribadat kepada Allah swt dan memakmurkan dunia ini dengan nilai-nilai yang diletakkan oleh Allah swt, mengingat bahwa kematian adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi pada diri setiap manusia, sehingga dia harus mempersiapkan segalanya untuk menyambutnya. Dengan demikian tadzakkur berarti juga kesempatan untuk mengembangkan diri di dalam kehidupan ini untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia, negara, bangsa dan ummat, serta di akherat nanti menjadi pendamping para nabi , syhuhada siddiqun serta sholihun di syurga .

Syukur berarti mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita, mensyukuri kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, mensyukuri potensi yang diletakkan Allah dalam diri kita , untuk kemudian kita gali, kita kembangkan dan kita aktualisasikan untuk kepentingan masyarakat dan umat.

Bahkan Allah telah menyatakan bahwa Ulul Albab adalah orang –orang yang mampu memanfaatkan waktunya untuk ketaatan. Allah berfirman :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ” (Qs Ali Imran : 190)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Ulul Albab ( para cerdik cendikia ) bukanlah orang yang mampu menghafal kata-kata maupun sususan huruf yang tertulis di dalam buku atau mampu menjawab soal-soal ujian di suatu sekolah, akan tetapi Ulul Albab adalah orang yang mampu melihat kejadian yang ada disekitarnya dan memanfaatkan waktu yang ada, selanjutnya diramu menjadi bekal di dalam kehidupan ini, untuk kemudian diteruskan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.

Karena pentingnya waktu yang ada, sehingga Allah akan meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia untuk apa saja waktu yang diberikan Allah selama hidup ini. Dalam suatu hadist disebutkan :

لن تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع : عن عمره فيما أفناه ، وعن شبابه فيما أبلاه ، وعن علمه ماذا عمل به ، وعن ماله من أين أخذه وفيما أنفقه ”

Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal :

  1. Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan
  2. Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja
  3. Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya
  4. Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak ” ( Hadist Hasan, HR. Tirmidzi )

Kalau kita perhatikan hadist di atas, kita dapatkan bahwa 4 unsur kekuatan yang ada dalam diri manusia, jika ia mau memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, niscaya akan berhasil di dunia dan akherat. ( kesempatan + kesehatan + harta + ilmu ) .

Hal ini dikuatkan dengan hadist lain yang menyatakan :

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس : الصحة والفراغ

” Dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi di dalamnya : Kesehatan + Kesempatan ” ( HR Bukhari )

II. Langkah –Langkah Efektif Dalam Mengatur Waktu

Banyak diantara kita yang mempunyai keinginan yang kuat untuk memanfaat waktunya dengan sebaik-baiknya dalam hal-hal yang positif, akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang belum mempunyai gambaran utuh tentang langkah -langkah yang harus ditempuh untuk mencapai cita-citanya. Berikut ini beberapa tawaran singkat tentang langkah-langkah pengaturan waktu :

Langkah Pertama : Isi waku kosong dengan kegiatan yang bermanfaat .

Ada sebuah hikmah mengatakan :

إن الفراغ والشباب والجدة مفسدة للمرأة أي مفسدة

” Kekosongan jika melanda para pemuda yang mempunyai uang , maka akan mengakibatkan kerusakan yang lur biasa .”

Ini dikuatkan dengan hikmah lainnya :

الفراغ للرجال غفلة ، وللنساء غلمة

” Pengangguran bagi laki-laki adalah sebuah kelalaian dan bagi perempuan akan menjerumus kepada hal-hal yang negatife ( syahwat ). ”

– Bukankah Istri pejabat yang merayu nabi Yusuf as. disebabkan karena kekosongan dan kesepian yang menyelimutinya.

– Para dokter menyatakan bahwa 50 % kebahagian hidup bisa di dapat dengan mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat. Betapa kita lihat para pekerja kasar di jalan-jalan, para kuli bangunan, para petani di sawah-sawah , para pedagang asongan di terminal-terminal, merasa lebih tenang dan bahagia dibanding dengan anda yang melamun dan tergeletak di atas kasur akibat pengangguran. ([1])

– Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian orang yang sudah lanjut usia didapatkan masih kelihatan energik dan jarang merasa lesu atau malas, hal itu dikarenakan mereka selalu menyibukkan diri mereka dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mengembangkan syaraf mereka. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan mereka saja, akan tetapi lebih dari itu, menjaga kesehatan otak mereka juga. ([2])

Langkah Kedua : Menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan

– Sebuah pepatah mengatakan : ” Sambil menyelam minum air ” , ” Sekali dayung dua atau tiga pulau terlampaui.”

– Para ulama dahulu telah memberikan contoh kepada kita bagaimana memanfaatkan waktu yang terbatas untuk mengerjakan lebih dari satu kegiatan :

  1. Diriwayatkan bahwa Khatib Al Baghdadi salah seorang ulama hadist yang sangat terkenal, jika ia berjalan mesti ditangannya ada sebuah buku yang dibacanya ”
  2. Imam Sulaim Ar Razi , salah seorang ulama Syafi’ah yang meninggal tahun 447 H, selalu mengisi waktu-waktunya dengan pekerjaan yang bermanfaat. Berkata Ibnu Asakir : ” Saya pernah diceritakan oleh guruku : Abu Farj Al Isfirayini bahwa beliau pada suatu saat keluar dari rumahnya untuk suatu keperluan, kemudian tidak berapa lama datang lagi sambil berkata : ” Saya telah membaca satu juz dari al Qur’an selama saya di jalan ” . Berkata Abu Faraj : ” Saya pernah diceritakan oleh Muammil bin Hasan bahwa pada suatu hari ia melihat pena Sulaim Ar Razi rusak dan tumpul, ketika ia memperbaiki penanya tersebut terlihat ia menggerak-gerakkan mulutnya , setelah diselidiki ternyata di membaca Al Qur’an di sela-sela memperbaiki penanya, dengan tujuan agar tidak terbuang begitu saja waktunya dengan sia-sia. ” ([3])
  3. Abu Al Wafa’ Ibnu Uqail, salah satu tokoh dalam Madzhab Hambali mampu menyingkat waktu makan dengan memilih makan yang praktis, beliau bisa memanfaat perbedaan waktu makan roti kering dengan roti yang diberi air , untuk membaca 50 ayat Al Qur’an. ([4])
  4. Abu Al Barakat, kakek Ibnu Taimiyah, jika ia masuk kamar mandi atau WC , ia menyuruh saudaranya untuk membacakan sebuah buku dengan suara keras agar dia bisa mendengarnya. ([5])

Untuk saat ini, apa yang dikerjakan oleh para ulama tersebut bisa kita tiru dengan sarana yang lebih mudah, seperti tape, komputer, bahkan USB/Mp3 jauh lebih praktis untuk bisa mendengar ceramah ataupun bacaan Al Qur’an sambil berjalan.

Jepang berhasil menjadi sejajar dengan negara-negara maju lainnya dalam kurun waktu yang relatif singkat, setelah kejatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, hal itu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah : hobi membaca yang sudah membudaya di negara tersebut, hal ini di dukung dengan menyebarnya jalur kereta listrik ke berbagai pelosok sejak 1950-an yang secara tidak langsung ikut juga memperkuat kecenderungan masyarakat untuk membaca. Orang dapat menghabiskan waktu beberapa jam setiap hari dalam perjalanan dengan kereta. ([6])

Kita sebagai mahasiswa dan pelajar Indonesia di Kairo bisa membudayakan hobi membaca dalam sarana-sarana trasnportasi, seperti altramco, bis mini dan metro bawah tanah. Sebaiknya mencari sarana transportasi yang bisa mendukung ke arah itu, walaupun kadang-kadang agak lebih mahal sedikit .

Langkah Ketiga : Memilih waktu-waktu yang mempunyai keutamaan .

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di dalam ajaran Islam terdapat waktu-waktu tertentu yang mempunyai keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki oleh waktu-waktu lainnya , seperti :

a. Keutamaan bulan Ramadlan, di dalamnya terdapat 10 malam terakhir yang di dalamnya ada satu malam, yaitu lailat qadr yang mempunyai kadar ibadah 1000 bulan pada malam-malam lainnya.

b. Keutamaan 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, puncaknya ada pada tanggal 10 Dzulhijjah , Dalam suatu hadist disebutkan bahwa:

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله منه في هذه الأيام العشر . قالوا : ولا الجهاد في سبيل الله !! قال : ولا الجهاد في سبيل الله ، إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذلك بشيء .

c. Hari Jum’at, merupakan sebaik-bak hari dalam seminggu, di dalamnya banyak keutamaan, yang jika seorang muslim mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, niscaya akan mendapatkan pahala yang sangat banyak sekali. Di dalamnya ada satu jam yang jika seorang muslim berdoa, niscaya Allah akan mengabulkannya.

خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة ( أخرجه مسلم )

فيها ساعة لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا إلا أعطاه إياه ( متفق عليه )

d. Waktu sahur, tepatnya pada sepertiga terakhir malam hari.

ينزل الله كل ليلة إلى سماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول : من يدعوني فأستجيب له ، ومن يسألني فأعطيه ، ومن يستغفرني فأغفر له ( أخرجه مسلم )

Oleh karena itu para salaf sholeh mengibaratkan sholat 5 waktu sebagai timbangan harian, hari Jum’at sebagai timbangan mingguan, bulan Ramadlan sebagai timbangan tahunan, sedangkan haji sebagai timbangan seumur hidup. Mereka sangat memperhatikan bagaimana hariannya bisa terjaga dengan baik, setelah berhasil, mereka berusaha menjaga mingguannya, setelah berhasil, mereka berusaha untuk menjaga tahunannya , setelah berhasil mereka menjaga umurnya, dan itulah misk khitam ( penutup yang baik )

Masalah ini, kalau kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari kita, maka kita sholat lima waktu sebagai barometer kegiatan kita sehari-hari, sebagai contoh : kegiatan menghafal atau mengulangi hafalan Al Qur’an. Ternyata dengan mengikuti jadwal sholat lima waktu terbukti kegiatan kita sangat efektif, karena seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat , yaitu : sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah . Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzikir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz sisanya pada pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan dengan demikian dia bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali. ([7])

Langkah Ke-Empat : Membagi waktunya dalam berbagai kegiatan .

Sebagai seorang muslim, seyogyanya dia tidak hanya beramal dan bekerja pada satu bidang saja, akan tetapi hendaknya membagi waktu-waktunya untuk mengerjakan kewajibannya terhadap Allah swt dengan beribadat kepada-Nya, juga kewajibannya terhadap orang tua, saudara , anak dan istri, tetangga dan masyarakat sekitarnya.

Di dalam Lembaran Ibrahim as, disebutkan bahwa : ” Seyogyanya bagi orang yang berakal hendaknya mempunyai 4 waktu : waktu untuk bermunajat kepada Allah swt, waktu untuk intropeksi terhadap diri sendiri, waktu untuk bertafakkur serta merenungi ciptaan Allah, dan waktu untuk mengurusi kebutuhan hidupnya seperti makan dan minum ” ([8])

Dalam suatu hadits, Rosulullah saw pernah bersabda :

إن لربك عليك حقا, وإن لبدنك عليك حقا, وإن لأهلك عليك حقا وإن لزورك عليك حقا, فأعط كل ذي حق حقه.

” Sesungguhnya pada Rabb-mu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada dirimu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada diri keluargamu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada orang yang datang kepadamu ada hak yang harus anda tunaikan ,maka berilah setiap bagian akan haknya ( HR Bukhari dan Muslim )

إنما أنا أخشاكم لله وأتقاكم له ، ولكني أصلي وأنام, وأصوم وأفطر, وأتزوج النساء, ومن رغب عن سنتي فليس مني

” Sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut dan paling bertaqwa kepada Allah swt, walaupun begitu, saya bangun malam dan kadang tidur juga, berpuasa dan berbuka, serta menikahi para wanita, dan barang siapa yang tidak mau mengikuti sunnahku, maka bukanlah ia dari golongan-ku “ ( HR Bukhari )

Para ulama dahulupun telah memberikan suri tauladan yang baik kepada generasi sesudahnya. Adalah Ibnu Jarir At Thobari, telah membagi satu harinya menjadi beberapa bagian, sebagaimana yang dikisahkan oleh Qadhi Abu Bakar Ahmad Kamil Al-Syajari, salah satu murid dekatnya : ” Setelah Ibnu Jarir makan dan tidur, kemudian beliau bangun untuk sholat dhuhur di rumahnya, setelah itu, beliau menulis untuk sebuh buku sampai datang waktu ashar, beliau kemudian keluar untuk melakukan sholat ashar dan mengajar para murid-muridnya sampai maghrib, kemudian setelah maghrib beliau mengajar fikih dan beberapa pelajaran lainnya hingga datang sholat Isya, kemudian beliau pulang ke rumahnya. Beliau benar-benar telah membagi waktu seharinya untuk : maslahat dirinya, agama dan masyarakat sekitarnya . ” ([9])

Langkah Ke-Lima : Ambillah waktu istirahat untuk mengumpulkan tenaga

Waktu istirahat mutlak diperlukan oleh semua makhluq yang hidup di dunia ini, bahkan benda matipun memerlukan waktu istirahat, seperti hal-nya mesin-mesin pembantu manusia, seperti mesin cuci, kipas angin, computer, radio, tape, mobil dan lain-lainnya. Istirahat bukan berarti berhenti kerja atu menganggur, akan tetapi berhenti untuk mengumpulkan kekuatan, mengisi bensin untuk meneruskan perjuangan, mengasah kapak agar lebih tajam atau mengambil strategis supaya pekerjaan yang dihadapinya bisa diselesaikan dengan lebih cepat dan baik.

Konon ada kisah seorang penebang kayu, karena dijanjikan oleh majikannya dengan gaji yang menggiurkan , maka ia bekerja mati-matian, siang malam tanpa berhenti untuk menebang banyak pohon akan tetapi ternyata semakin lama, tenaga semakin lemah dan semangat untuk menebang mulai luntur dan hasil yang di dapat mulai seikit dan tidak maksimal. Maunya memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai, bukannya menyelsaikan pekerjaan akanteapi justru keletihan dan keputus asaan yang di dapat, kenapa ? Karena ada satu hal kecil yang tidak diperhatikan oleh si penebang kayu itu, yaitu istirahat untuk mengasah gergaji, agar bisa digunakan semaksimal mungkin. Maka, sesibuk apa pun an serajin apapun, kita harus meluangkan waktu untuk mengasah kapak kita, mengasah otak dan pikiran kita dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual agar kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Meminjam sitilah orang cina : “Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu” ( Istirahat bukan berarti berhenti.) Akan tetapi : ”Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu” ( Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi ) ([10])

Islam sendiri telah memberi ruang istirahat bagi seorang muslim, untuk mengendorkan urat dan meluruskan punggung, menambah perbekalan agar bisa melanjutkan perjalanan yang akan ditempuhnya lagi.

Dalam suatu hadist disebutkan :

خذوا من الأعمال ما تطيقون ، فإن الله لا يمل حتى تملوا ، وإن أحب الأعمال إلى الله أدمها وإن قل ( متفق عليه )

Begitu juga apa yang dipesankan Rosulullah saw kepada salah seorang sahabat-nya Handhalah yang mengeluh karena semangatnya turun ketika berkumpul dengan keluarganya :

يا حنظلة ، لو بقيتم على الحال التى تكونون عليها عندي ، لصافحتكم الملائكة في الطرقات ، ولكن يا حنظلة ساعة فساعة . ( أخرجه مسلم )

Berkata Imam Ali : hiburlah hati anda sesaat-saat, karena hati ini jika telah capai , tidak bisa memandang sesuatu dengan baik ”

Langkah Ke –Enam : Mengerjakan pekerjaan pada waktunya

Sebenarnya yang penting dalam kerja dan beramal bukanlah bekrja sebanyak-banyaknya, akan tetapi harus dilihat juga waktu dan tempatnya.

Dahulu dikatakan dalam hikmah :

لكل مقام مقال ولكل مقال مقام

Khalifah Abu Bakar As- Siddiq pernah berwasiat kepada Umar bin Khattab ketika mengangkatnya sebagai khalifah pengganti : ” Ketahuilah bahwa Allah telah menentukan suatu amalan siang yang apabila dikerjakan waktu malam,maka tidaklah akan diterimanya, dan menentukan amalan malam, yang jika dikerjakan pada waktu siang tidaklah akan diterimanya.

Oleh karena itu, kita dapatkan Allah telah menentukan banyak ibadat pada waktu-waktu tertentu, tidak boleh dimajukan maupun dimundurkan, seperti waktu sholat, puasa, zakat , haji dan lain-lainnya. ([11])

Maka, kita dapatkan sebagain ulama menyatakan bahwa amalan paling utama adalah amalan yang dikerjakan menurut waktunya. Ketika datang waktu sholat, maka yang paling utama adalah melakukan sholat, ketika datang waktu Ramadlan, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah puasa, ketika datang waktu haji, maka yang paling utama dikerjakan adalah haji , dan ketika waktu ujian, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah beljar untuk menghadapi ujian.

Dalam hal ini seorang ulama yang hidup pada abad 8 H, Ibnu Rajab Al hambali ( w : 795 ) telah mengarang sebuah buku yang menerangkan tentang amalan-amalan berdasarkan urutan waktunya dan diberi nama : “ Lathoif Al Ma’arif fima li-Mawasim al Am min al Wadhaif ” ( Pengetahuan tentang amalan- amalan pada setiap musim ) . ([12])

Langkah Ke- Tujuh : Memilih amalan dan kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak .

Ajaran Islam diturunkan untuk membawa kemaslahatan dan manfaat bagi manusia. Oleh karenanya , sebagai insan muslim, hendaknya selalu memilih kegiatan dan amalan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang banyak. Para ulama Islam telah menyinggung permasalahan ini secara tegas dan gamblang. Mereka menyatakan bahwa amalan yang bermanfaat bagi orang banyak jauh lebih utama dibanding dengan amalan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Salah satu fatwa ulama dalam masalah ini adalah fatwa yang menyebutkan bahwa At Tafaqquh fi Dien dan belajar agama jauh lebih utama dibanding dengan sholat malam atau puasa sunnah, karena manfaat ilmu bisa dirasakan oleh orang lain, sedang sholat malam dan puasa sunnah manfaatnya hanya terbatas pada pribadi. Alasan lain : bahwa ilmu pemimpin bagi amalan karena dengan ilmu amalan bisa diluruskan, lain halnya orang yang beramal tanpa ilmu, maka dia akan terus menerus tenggelam dalam ibadat yang salah, dan otomatis tidak akan diterima oleh Allah swt. ([13])

Sebenarnya banyak ayat dan hadist yang menyatakan bahwa disana ada sebagian amal perbuatan yang bermanfaat bagi orang banyak dan pahalanyapun mengalir sampai hari kiamat walaupun pemiliknya sudah meninggal dunia . Allah berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh) ( Qs Yasin : 12 )

– عن أبي هريرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم ( إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : صدقة جارية ، أو علم ينتفع به ، أو ولد صالح يدعو له ) رواه مسلم

– ( من سن سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة ) رواه مسلم

Bahkan Al Mutanabi seorang penyair yang terkenal menyebutkan bahwa jasa-jasa orang yang sudah meninggal adalah umur keduanya, yang kemudian dikembangkan oleh Ahmad Syuqi dalam salah satu syi’irnya :

دقات قلب المرء قائلة له إن الحياة دقائق وثوان

فارفع لنفسك بعد موتك ذكرها فالذكر للإنسان عمر ثان

Salah satu amalan yang bisa bermanfaat bagi orang banyak, bahkan para generasi sesudahnya adalah mengajar ilmu baik secara lisan maupun dengan menyusun sebuah buku. Dalam hal ini para ulama dahulu telah menunjukkan semangat dan kebolehannya yang kesemuanya itu patut dicontoh oleh para generasi sesudahnya.

Adalah Al- Khatib Al Baghdadi pernah berkata : ” Saya mendengar dari Al-Simsi yang menceritakan bahwa Ibnu Jarir At Tobari selama 40 tahun, menulis setiap harinya 40 lembar . Bahkan salah seorang murid Ibnu Jarir yang bernama ” Al Farghani ” mengatakan bahwa para murid Ibnu Jarir telah mendata kehidupan beliau sejak baligh hingga meninggal dunia pada umur 86 tahun. Kemudian mereka mengumpulkan seluruh karya-karya beliau, dan jika dibandingkan dengan umur beliau, ternyata didapatkan bahwa beliau menulia setiap harinya 14 lembar. Dan ini tidak akan mampu dilakukan oleh seseorang kecuali atas inayah Allah swt. Dan jika dihitung-hitung lembaran karya tulisnya maka didapatkan jumlahnya sekitar 358.000 lembar.

Diriwayatkan juga bahwa Abu Al Wafa’ bin Uqail Al Hambali adalah seorang ulama dari madzhab hambali yang sangat ketat di dalam menjaga waktunya, jika mulut , lidah , dan matanya capai karena banyaknya yang dibaca, dia terdiam merenung dan merancang apa saja yang perlu ditulis, maka ketika ia duduk atau berbaring, keculai telah menghasilkan banyak hal-hal yang bisa dicatat dalam buku. Bahkan beliau memilih-milih makanan yang paling praktis dan cepat dimakan, untuk kemudian sisa waktunya digunakan untuk membaca dan menulis. Imam Ibnu Uqail ini seorang ulama yang selalu sibuk dengan ilmu , beliau mempunyai banyak karangan, dan yang paling besar adalah buku ” Al Funun ” yang mencakup berbagai disiplin keilmuan seperti tafsir, fiqh, ushul fiqh, aqidah , nahwu, adab dan sejarah. Berkata Imam Ad- Dzahabi pernah menyatakan bahwa : ” Belum ada buku di dunia ini yang lebih tebal dari buku ” Al Funun ” . Buku ini konon mencapai 800 jilid ([14])

Langkah Ke-Delapan : Menggunakan Waktu Yang Tersedia Untuk Menyelesaikan Sebuah Program .

Banyak orang yang gagal dalam menempuh cita-citanya hanya karena terjebak dalam empat kata : ”Saya tidak mempunyai waktu .” Sebaliknya, banyak orang yang sukses dalam bidang tertentu hanya karena dia mampu menyediakan waktu dan komitmen di dalamnya untuk menggapai cita-citanya.

Jika kita menyediakan waktu satu jam saja setiap hari untuk menjalankan suatu program, berarti kita telah mampu mengumpulkan waktu selama 365 jam setahun, atau sama dengan 45 hari bekerja secara sungguh dan terus menerus selama 8 jam sehari. Ini sama dengan juga menambahkan satu bulan setengah kehidupan produktif dalam hidup kita setiap tahun. Walaupun begitu, tidak banyak yang mampu mengerjakannya, kecuali orang-orang yang mempunyai tekad dan semangat yang kuat.

Sebagai contoh : Seorang pegawai perbaikan lift berkebangsan bangsa Itali bernama Nicholas Christofilos pada suatu ketika tertarik kepada ilmu pengetahuan modern. Apa yang harus ia lakukan ? Setiap hari sepulang dari kerja , sebelum dia duduk untuk makan malam, dia memperuntukkan waktu satu jam untuk membaca buku tentang energi nuklir. Setelah dia mulai memahami ilmu yang dipelajarnya dengan baik, gagasan pun timbul dalam fikirannya. Pada tahun 1948 M , dia membuat rancangan untuk akselerator partikel yang menurut fikirannya akan lebih murah dan lebih kuat daripada peralatan mana pun yang sudah ada. Dia mengirimkan rancangannya kepada Lembaga Tenaga Atom di Amerika Serikat untuk dilakukan uji layak. Setelah rancangan tersebut disempurnakan kembali, didapatkan bahwa alat hasil penemuannya ternyata bekerja begitu baik sehingga pemerintah Amerika Serikat mampu menghemat dana kira-kira 70 juta dolar. Akhirnya Christofilos menerima dua penghormatan : pertama mendapatkan uang tunai 10.000 dolar pada masa itu tentunya sangat banyak sekali dan yang kedua : mendapatkan kedudukan yang terhormat di Laboratorium Radiasi Universitas California. ([15])

Berikut ini hasil penelitian tentang waktu-waktu yang dibuang dan diremehkan oleh banyak orang, padahal kalau dimanfaatkan sebaik mungkin akan menghasilkan sesuatu yang besar dan luar biasa :

Kita ambil permitsalan salah seorang yang mempunyai umur 70 tahun, jika ia hanya menyia-nyiakan waktunya 5 menit saja tiap hari, berarti dia selama hidupnya telah menyia-nyiakan waktunya 3 bulan berturut-turut ( 88 hari ) . Kalau dia menyia-nyiakan 1 jam tiap harinya, berarti dia telah membuang waktunya selama 3 tahun berturut-turut. Hal ini nampak lebih jelas dalam daftar di bawah ini :

5 Menit = 3 bulan = 0,35 %

– 10 Menit = 6 bulan = 0, 71 %

20 menit = 1 tahun = 1,42 %

1 jam = 3 tahun = 4, 28 %

10 jam = 30 tahun = 42, 85 %

Data ini bisa berlaku bagi para pengganggur, dan sebaliknya juga bisa berlaku bagi orang yang mau memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk melaksanakan sebuah program hidup yang ber-orentasi pada hal-hal yang bermanfaat .

Jika orang yang berumur 72 tadi melakukan aktivitas sehari hari, maka bisa dilihat sebagai berikut :

Tidur ( 8 jam sehari ) = 23 thn = 32 %

Kerja ( 6-7 jam /hari) = 21, 5 thn = 21,5 %

Makan, minum ( 1,5 jam/hari ) = 4,5 tahun = 6,4 %

Urusan birokrasi ( 0,5 jam/ hari ) = 1,5 tahun = 2,14 %

Pekerjaan rumah tangga, rihlah, piknik ( 1 jam/hari )=3 tahun = 4,24 %

Ziarah, silaturahim, kumpul teman ( 0,5 jam/hari) = 1.5 tahun= 2,14 %

Transportasi dari satu tempat ke tempat lain ( 0,5 jam/hari) = 1.5 tahun= 2,14 %

Telpun , sms, chating dan lain-lain ( 0,5 jam/hari) = 1.5 tahun= 2,14 %

Jumlah Total = 61 tahun = 87 %

Sisa 9 tahun = 12, 85 % —— > jika dikurangi masa kecil dan puber, kira-kira sisa waktu yang kita punyai untuk menyelesaikan program-program yang besar tinggal berapa ??? ([16])

Di sinilah, ditemukan salah satu jawaban sebuah pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang di telinga kita : ” Kenapa Umat Islam mundur sedang yang lainnya maju ” ? yang kemudian menjadi sebuah judul buku yang sangat masyhur yang ditulis oleh Syakib Arselan .

Jadwal diatas, kalau kita terapkan pada kehidupan mahasiswa Al Azhar yang menempuh pendidikannya selama 4 tahun di S1, kira-kira apa yang didapat ? Bagaimana dengan mahasiswa yang kuliyah sambil bekerja ? Bagaimana dengan mahasiswa yang kuliyah sambil berkeluarga, apalagi mempunyai 2- 3 anak ? Mungkin salah satu jawabannya ada dalam bait syiir di bawah ini :

على قدر أهل العزم تأتي العزائمُ وتأتي على قدر الكرامِ مكارمُ

وتعظُمُ في عين الصغير صغارُها وتصغُر في عين العظيم عظائمُ

Langkah Ke –Sembilan : Jangan menangguhkan kesempatan di depan anda sampai hari esok

Kalau kita punyai rencana untuk melakukan sesuatu kerjaan, lakukan saat ini juga, jangan menunda-nunda pekerjaan sampai esok hari, karena kita tidak tahu apa yang terjadi pada hari besok. Seorang penyair pernah menulis bait-baitnya dalam masalah ini :

مضى أمسك الماضي شهيد معدلا وأعقبه يوم عليك جديد

فيومك إن أغنتيه عاد نفعـــه عليك وماضي الأمس ليس يعود

فأن كنت إقترفت إســــاءة فثَن بإحسان وأنت حميد

فلا تُرجِ فعل الخير يوما إلى غد لعل غدا يأتي وأنت فقيد

– Harimu kemarin telah berlalu sebagai saksi bagimu, kemudian datang hari baru untukmu..

– Hari ini adalah harimu, manfaatnya untuk kamu , sedang hari kemarin tidak akan kembali lagi ..

– Jika hari kemarin anda telah melakukan kesalahan, maka segera anda ikuti dengan perbuatn baik, sedang anda mensyukurinya…

– Maka janganlah anda sekali menangguhkan perbuatan baik sampai besok hari, barangkali besok hari tiba, sedang anda sudah tiada…

Langkah Ke –Sepuluh : Berkonsentrasi Pada Hasil.

Banyak mahasiswa sekarang bangga kalau mereka aktif dalam berbagai kegiatan, dari diskusi, menghadiri seminar, panitia bazaar, ikut rihlah dan piknik bersama, dan lain-lainnya. Mereka tidak tahu bahwa yang penting bukanlah banyaknya aktivitas, tapi hasil dari aktivitas itu sendiri. Aktivitas, terkadang dapat membebaskan dari tekanan jiwa , akan tetapi hal itu tidak cukup untuk mencapai tujuan anda. Maka disini, orientasi pada hasil sangat diperlukan .

Ary Ginanjar dalam bukunya : ESQ, telah membagi orang-orang yang sibuk menjalankan aktivitasnya menjadi tiga kelompok :

a. Kelompok Pertama adalah kelompok sibuk pengisi waktu

Kelompok ini sibuk melakukan kegiatan sepele yang memboroskan waktu tetapi tidak penting. Kegiatan ini biasanya tidak memiliki tujuan jangka panjang. Mereka tidak tahu kemana akan melangkah , dalam pikiran mereka mereka merasa sudah mencapai tujuan hidup, namun ibarat orang yang berjalan di tempat, mereka tidak ke mana-mana. Kelompok ini nampaknya selalu sibuk, namun pada hakekatnya mereka tidak produktif sama sekali.

b. Kelompok Kedua adalah Kelompok Pertengahan .

Kelompok ini adalah kelompok yang melawan gelombang lautan. Pekerjaan mereka terus-menerus hanya mengatasi krisis dari hari kehari . Pekerjaan ini biasanya lebih mudah, karena masalahnya sudah jelas di depan mata, tidak memerlukan visi. Lama kelamaan mereka akhirnya akan terperosok juga pada rutinitas pekerjaan yang kurang penting ,tetapi mendesak. Kelompok ini tidak cepat maju, karena tidak memiliki visi dan inisiatif. Mereka menjadi korban lingkungannya sendiri. Umumnya mereka mengeluh dengan hasil yang minim, padahal sudah bekerja keras.

c. Kelompok Ketiga adalah kelompok pencapai tujuan.

Adalah kelompok yang memiliki tujuan hidup yang jelas.Setiap langkah yang diambil adalah pengejawantahan dari visinya. Kelompok ini selalu merencanakan langkah-langkah yang dibuatnya secara sistimatis. Target jangka panjangnya telah dipecah-pecah menjadi tujuan-tujuan jangka pendek, yang bisa dicapai secara realistis, dalam jangka waktu tertentu. Kelompok ini mampu menentukan skala prioritas berdasarkan visi, prinsip, dan suara hati yang bijaksana. ([17])

Imam Ghozali di dalam bukunya Ihya Ulumuddin menyebutkan Peta Perjalan Manusia ,yang bisa diringkas sebagai berikut :

Terminal Pertama = Tempat lahir

Terminal Terakhir = Alam Kubur

Tujuan Terakhir = Syurga atau Neraka

Jarak Perjalanan = Umur

Bekal Perjalan = Ketaatan kepada Allah

Modal Perjalan = Waktu-waktu kosong

Copet dan Perampok = Syahwat dan Hawa nafsu

Keuntungannya = masuk syurga

Kerugiannya = masuk neraka ([18])

Sedang Imam Ibnu Qayyim menggambarkan orang yang cerdik adalah : orang yang memperhatikan setiap langkah yang dilaluinya, tidak banyak melamun dan berangan-angan, kalau dia mengetahui pendeknya jarak yang akan ditempuh, maka sangat ringan baginya untuk bekerja keras untuk mencari bekal dan oleh-oleh sebelum sampai tujuan. ([19])

Kairo, 30 Juni 2007 , Tulisan ini saya persembahkan untuk anakku yang ketiga ” Fatimah ” yang sedang sakit panas, di saat hari yang sangat panas dan tidak ada air yang mengalir .

* * *


* Makalah ini disampaikan pada acara pembukaan kegiatan yang diadakan oleh PCIM ( Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah ) Kairo- Mesir pada hari Sabtu, tanggal 30 Juni 2007 M di Sekertariat PCIM.

([1]) DR. Aid Qarny, Hadaiq Dzata Bahjah, hlm : 123, 190

([2]) Majalah Al Manar edisi : 375

([3]) Abdul Fatah Abu Guddah, Qimat Al Zaman inda Al Ulama, hlm : 50- 51

([4]) DR. Nashir Sulain Al Umary , Al Futur, asbababuhu wa ilajuhu,( Kairo ; Maktabah Salsabila) , hlm : 96 .

([5]) Dzail Tabaqat Al Hanabilah , juz II, hlm : 249 .

([6]) Untuk melihat lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan negara Jepang menjadi negara maju bisa dirujuk di : Ahmad Zain An Najah, Al Qur’an dan Kehidupan, dalam tafsir surat Al Baqarah ayat 31 .

([7]) Ahmad Zain An Najah, 15 Langkah Efektif untuk mengahafal Al Qur’a, hlm ; 7 .

([8]) Mahmud Misri, Al Waqtu huwa Al hayat ” ,( Kairo, Muassah Qurtubah), 2003 hlm : 56

([9]) Dr. Sayid Husain Al Affani, Imarat Auqat bi amal As Sholihat , ( Kairo ; Dar Affani ) hlm 34-35

([10]) www.pembelajar.com

([11]) DR. Yusuf Qardhwi, Al Waqtu fi hayat muslim, ( Kairo : Maktabah Wahbah ) , 2004 hlm : 25

([12]) ) Ibnu Rajab Al Hambali , Lathoif Al Ma’arif fima li-Mawasim al Am min al Wadhaif ( Manshurah : Maktabat Al Iman ) , 1999 M , Cet : I.

([13]) ) An Nawawy, Majmu’ Syar Al Muhadzab , ( Beirut : Dar Al Fikr ) 1996 , Cet : I, Juz : I , hlm : 40 .

([14]) Dr. Sayid Husain Al Affani, Imarat Auqat bi amal As Sholihat , ( Kairo ; Dar Affani ) hlm 35, 39

([15]) Petikan dari buku siri motivasi ‘MEMBINA KETAHANAN DIRI’ oleh GEORGE LEONARD , http://portal.uum.edu.my/portalbm/ekaunseling/mkk/artikel.htm?id=14

([16]) Abdullah Ali Yusuf, Fann Idarat Al Waqti , dalam Majalah Al Bayan, edisi 86, Syawal 1415 H.

([17]) Ary Ginanjar Agustian, ESQ, ( Jakarta ; Penerbit Arga ) , 2001 Cet : III, hlm : 30 .

([18]) Imam Ghozali, Ihya Ulumuddin ,juz I , hlm : 391

([19]) Ibnu Qayyim, Thoriq Hijratain, hlm : 185- 187