( 10 ) KAPAN IBLIS MENJADI KAFIR.

 

            «  Dan dia ( Iblis ) termasuk golongan orang-orang kafir « 

Bagaimana arti ayat di atas ? Para ulama berbeda pendapat di dalam menafsirkan  ayat di atas :

1/ Arti pertama : bahwa Iblis menjadi kafir, setelah ia enggan sujud kepada Adam. Ini sesuai dengan firman Allah swt :

فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” ( qs Hud : 43 )

 

2/ Arti kedua : bahwa kekafiran Iblis ini sudah diketahui oleh Allah jauh sebelum diperintahkan sujud kepada Adam. [1]

3/ Arti ketiga : bahwa Iblis menjadi kafir dan masuk golongan para jin yang pernah kafir kepada Allah, dan mereka sudah berada di bumi sebelum diciptakan Adam. Para Jin itulah yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka bumi .[2]

3/ Arti keempat : bahwa kekafiran Iblis benar-benar terjadi dan berlangsung hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan firman-firman Allah yang lain, seperti : 

وكان الله غفوراً رحيماً ( النساء: 96) وكان الله عزيزاً حكيماً (النساء: 158)

وكان الله سميعاً بصيرا )النساء: 134(

Ketiga ayat di atas tidak menunjukkan masa dan waktu, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang dari dulu hingga sekarang , tidak terbatas pada waktu tertentu, tetapi arti sebenarnya bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Begitu juga dalam ayat 34 surat Al Baqarah, bahwa Iblis benar – benar kafir hingga sekarang. [3]

 

4/ Arti keempat : yaitu Iblis menjadi golongan yang bermaksiat kepada Allah swt. [4]

 

( 11 )             SIAPAKAH  YANG PERTAMA KALI KAFIR KEPADA ALLAH

 

          Ayat di atas menunjukkan bahwa Iblis adalah makhluk pertama kali yang kafir kepada Allah swt.  Tetapi ada kemungkinan lain bahwa Jin yang ada di bumi sebelum diciptakan-nya manusia terlebih dahulu menjadi kafir sebelum kafirnya Iblis. [5]

 

( 12 )             ANTARA WALI DAN KARAMAH

 

Berhubungan dengan  kejadian yang menimpa Iblis,  para ulama menyebutkan bahwa seseorang yang bukan nabi, dan diberikan karomah oleh Allah swt ,  tidak secara otomatis dia disebut wali Allah, karena barometer kebaikan dan keshalehan serta letaqwaan seseorang berada pada akhir perbuatannya sebelum mati. [6] Bukankah Iblis dahulu sebelum kafir, adalah seorang malaikat yang paling rajin beribadat dan yang paling pandai pula diantara mereka, tetapi pada akhirnya – taqdir Allah – menentukan dia menjadi makhluk pertama kali yang meremehkan perintah Allah dan  kafir kepada-Nya.

 

Demikian juga seseorang ketika masa hidupnya melakukan kebaikan dan beramal sholeh, tidak berarti dia pasti orang yang baik dan menjadi wali Allah atau pasti masuk syurga, sebelum kita mengetahui akhirnya hayatnya nanti. Bahkan jika diakhir hayatnya menunjukkan secara dhohir dia dalam keadaan baik, kita sebagai manusia belum bisa mengetahui secara pasti apakah dia termasuk ahli syurga atau tidak, karena semuanya itu hanya Allah-lah yang mengetahui.

 

 Diriwayatkan bahwa seseorang berjihad dan berperang bersama nabi Muhammad saw melawan orang-orang kafir, tetapi ketika ia mati di medan perang, Rosulullah saw menyebutnya sebagai ahli neraka. Setelah diselidiki, ternyata dia selama berjihad secara diam-diam mengambil harta rampasan perang secara tidak syah, dan ketika terkena panah, dia berusaha menusukkan anak panah tersebut dengan tangannya ketubuhnya, sehingga dia mati.

 

Oleh karenanya, ketika kita mendengar seseorang meninggal dunia saat berjihad di jalan Allah di medan perang, kita tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa dia telah mati syahid, karena kita tidak mengetahui niat seseorang dan apa yang disembunyikannya selama ia perang. Kita hanya bisa berharap mudah-mudahan dia mati syahid, dan Allah-lah yang mengetahui keadaannya yang sebenarnya.

 

Bahkan lebih dari itu, kadang kita dapatkan hal-hal yang ajaib terjadi pada orang-orang yang bukan wali, bahkan sebaliknya terjadi pada orang yang jahat dan kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri Ibnu Soyad [7], ketika marah badannya menjadi besar memenuhi jalan dan apa yang terjadi pada diri Dajjal, ketika dia meminta langit untuk hujan, maka turunlah hujan, ketika meminta bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka tumbuhlah tanaman , dia bisa membunuh seseorang dan menghidupkannya lagi, dan seterusnya. Walaupun begitu, kita tetap mengatakan bahwa Ibnu Soyad dan Dajjal, adalah kedua makhluk yang dijadikan Allah sebagai simbol kejahatan.  

 

Dalam hal ini Berkata Al-Laits bin Sa’ad dan Imam Syafi’I : “ Jika kalian melihat seseorang bisa berjalan di atas air dan terbang di angkasa, janganlah terus tercengang dan tertipu dengannya, sehingga engkau ukur amal perbuatannya dengan Al Qur’an dan Sunnah “ [8]

 

 


[1]  Imam Qurtubi cenderung kepada pendapat ini dan berdalil dengan hadist Rosulullah saw : «  Sesungguhnya amalan yang menentukan nasib seseorang adalah yang terakhir .  «  ( Tafsir Qurtubi : 1/ 204 ,  Ibnu Katsir : 1/ 125, Tafsir Zaadu Al Masir : 1/ 65, Tafsir Al Alusi “ Ruh Al Ma’ani “ : 1/ 231 )

[2] Lihat Tafsir Al Alusi “ Ruh Al Ma’ani “ : 1/ 231

[3] Lihat tafsir Syekh Utsaimin.

[4] Lihat Tafsir Al Alusi “ Ruh Al Ma’ani “ : 1/ 231

 

[5] Lihat Tafsir Qurtubi : 1/ 204-205

[6] Tafsir Qurtubi : 1/ 204. Di dalam Tafsir Al Alusi ( 1/ 231-232 ) disebutkan bahwa para ulama Syafi’iyah dan Asya’irah berpendapat bahwa yang penting bagi seseorang adalah keimanan di akhir hidupnya , oleh karenanya dibolehkan bagi seorang muslim berkata : «  saya mukmin insya Allah «  , karena dia tidak tahu , apakah diakhir hidupnya dia masih tetap seorang mukmin yang sebenarnya.  Ini dikuatkan dengan hadist Jabir, bahwasanya Rosulullah saw sering mengucapkan do’a ini : «  Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami di atas agama-Mu «   ( HR Ahmad  )

[7] Ibnu Soyad menurut pendapat yang benar adalah salah satu Dajjal kecil yang hidup pada masa nabi Muhammad saw, dan bukan Dajjal besar yang keluar di akhir zaman. Dia berasal dari yahudi madinah, dan mengaku muslim. Dia masih kecil ketika rosulullah saw datang ke Madinah.  Ikut berperang bersama para sahabat pada peristiwa “ Harrah “ , kemudian hilang begitu saja pada saat berkecamuknya perang. Ibnu Katsir  cenderung kepada pendapat ini.   ( Lihat kisah ibnu Soyad di dalam Shohih Bukhari , Kitab Janaiz no : 1354 , Muslim , Kitab : Fitan, no : 2932.  ) Lihat juga di : http://www.islamtoday.net/questions/show_question_content.cfm?id=55281, http://www.islamqa.com/index.php?ref=8301&ln=ara

[8] Tafsir Ibnu Katsir : 1/ 125-126 . Bisa dibaca lebih luas lagi tentang masalah karamah dan wali di dalam buku-buku aqidah,  dilihat juag buku : »Thali’at  Shahih Musnad min Karamat Al Auliya’ «  , Muhammad Zaki Abdu Ad Daim , Cet. Maktabah As Sunnah,  «  Al Furqan baina Auliya Ar Rahman wa Auliya’ Al-  Syaitan, Ibnu Taimiyah, Qotru Al Wali ‘ala hadits Al Wali, Syaukani, editor : Ibrahim Hilal, cet. Dar Al Kutub Al Haditsah. Hlm : 234- 278 .